PALEMBANG,BS - Hari pemilihan presiden dan wakil presiden masih menyisakan waktu sekitar tujuh bulan lagi. Tiga kandidat kuat masih bertenger di papan atas berdasarkan temuan lembaga survey yang kredibel masih ditempati Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Khusus untuk Anies Baswedan, elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta ini masih belum bisa mengeser posisi Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Cara sosialisasi Anies Baswedan selama ini yang banyak menjual konsep intelektual terlihat belum banyak mendongkrak elektabilitasnya. Bukan tidak mungkin, apabila tidak melakukan perubahan gerakan sosialisasi ke masyarakat, jagoan partai Nasdem, Demokrat dan PKS ini tidak akan masuk dalam putaran kedua para pilpres mendatang.
“Anies Baswedan harus mengubah pola gerakan sosialisasi ke masyarakat. Anies Baswedan harus turun ke pasar menyapa pedagang, masyarakat yang sedang berbelanja, menemui para nelayan, petani yang sedang panen, orang-orang yang bekerja di gorong-gorong dan lain sebagainya. Bukan hanya profile yang menampilkan intelektual saja, gagasan yang cemerlang, cucu dari pahlawan jago bahasa Inggris dan lulusan sekolah tinggi di luar negeri. Ingat masyarakat yang peduli dengan ini dari survey hanya sebesar 13 persen sampai 15 persen. Jadi yang dibayangkan oleh pemilih Indonesia itu tidak begitu tinggi-tinggi benar pada bakal calon presiden. Masyarakat Indonesia sangat dominan menentukan pilihan capres yang bisa dijangkau dengan pikirannya yang pendek dan sesuai dengan memornya dan aplikasi dirinya. Pola gerakan ini yang harus dilakukan oleh Anies Baswedan secepat mungkin untuk meningkatkan elektabilitasnya sehingga bisa ikut final di putaran kedua pada pilpres mendatang,” ujar Direktur eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen (LKPI), Arianto, M.I.Kom, Pol.
Pergerakan Anies Basewdan yang selama ini dilakukan harus di rem demi untuk meningkatkan elektabilitas. Melihat kebelakang pada pertarungan Jokowi dan Prabowo Subianto tahun 2019 lalu, tentunya menjadi cermin utama bagi Anies Baswedan. Prabowo Subianto yang dulunya banyak menampilkan intelektual seperti pendidikan bagus, bahasaInggris sangat bagus, anak Begawan ekonomi justru tidak banyak mempengaruhi peningkatan electoral. Para pemilih Indonesia akan memilih tidaklah demikian. Justru Jokowi yang pada pemilihan presiden kemarin hanya menampilkan kesederhanaan, sering turun ke masyarakat di pasar, petani, nelayan pergi ke lapisan masyarakat menengah ke bawah tanpa banyak menjual gagasan yang intelktual ke masyarakat mendapatkan insentif electoral yang lebih nanyak dibandingkan Prabowo Subianto.
“Anies Baswedan secepat mungkin harus mengubah gerakan sosialisasi ke masyarakat dengan cara berbeda. Cermin jelas sudah dibuktikan dengan kekalahan Prabowo Subianto pada pilpres periode kemarin dengan lawannya Jokowi. Bukan berarti jualana gagasan intelektual, lulusan luar negeri, anak pahlawan tidak penting dan nyatanya dari berbagai hasil survey belum bias menempatkan elektabilitas Anies Baswedan di posisi pertama atau kedua. Anies Baswedan masih berada di urutan ketiga, kalah dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
"Saya yakin, Prabowo Subianto akan melakukan pola gerakan yang berbeda pada pertarungan pilpres periode kemarin. Pola gerakan Ganjar Pranowo sekarang sangat mirip dengan Jokowi dan pola gerakan ini sangat diapresiasi masyarakat. Perlu diingat, masyarakat Indonesia itu akan memilih syarat pertamanya adalah ingin kenal dahulu dengan capresnya dari hati ke hati. Kemudian akan timbul rasa suka di hati masyarakat dan akhirnya akan memilihnya. Bukan capres tersebut langsung menjejalkan jualan gagasan intelektual yang tinggi di masyarakat,"kata dia.
Sekali lagi , pikiran masyarakat untuk menjatuhkan pilihannya kepada capres tidak terlalu tinggi-tinggi, cukup apa yang dilakukan capres merupakan cerminan pada diri masyarakat setiap hari saja. Pola gerakan ini sudah terbukti dilakukan oleh Jokowi pada pilpres periode lalu.(suh).
Category: Politik