PALEMBANG,BS - Meski pemilihan gubernur dan wakil gubernur masih lama namun peta politik Sumsel mulai hangat, calon petahana gubernur dan wakil gubernur Herman Deru dan Mawardi Yahya (HD-MY) diprediksi kuat akan kembali berpasangan pada pilgub pada tahun Nopember 2024.
“Survei yang kita lakukan adalah memotret tingkat kepuasaan penangulangan Covid-19. Namun, ada beberapa pertanyaan yang juga kita masukkan untuk berbagi ke kawan-kawan media. Diantaranya adalah seputar pilkada calon gubernur dan wakil gubernur yang akan maju di provinsi Sumatera Selatan mendatang,"kata Direktur eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen (LKPI), Arianto, M. I.KOM,POL ketika dibincangi di sela-sela paparan survei bertajuk “Survei Masalalah Sosial Kemasyarakatan, Tingkat Kepuasan Penangulangan Covid-19 dan Persiapan Pileg, Pilpres dan Pilkada, Kamis (6/10)
Dilanjutkan Arianto, dari komponen tersebut, salah satunya kita potret yang menarik adalah tingkat keinginan responden yang menginginkan kembali HD-MY berpasangan (69,8 %), tidak menginginkan kembali berpasangan (16,4 %), belum memutuskan, apakah menginginkan kembali atau tidak menginginkan kembali berpasangan ( 7 %) dan tidak tahu atau rahasia (6,8 %).
"Dengan marjin of error survei +/- 3,5 %, bisa dikatakan potensi besar kembalinya berpasangan HD-MY mencapai 73 % atau sudah tembus diangka 70 %,”kata Arianto.
Lebih lanjut Ia mengatakan, secara statistik, apresiasi angka tingkat keinginan untuk kembali berpasangan HD-MY dapat dikatagorikan angkanya signifikan. Tentunya angka tersebut tidak serta merta timbul begitu saja, tetapi dilatarbelakangi dengan tingginya popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas HD-MY yang sampai saat ini masih memimpin dirangking pertama diantara calon-calon gubernur dan wakil gubernur lainnya.
Tingginya apresiasi masyarakat untuk kembali berpasangan HD-MY juga tidak terlepas dari tarikan elektoral dari masing-masing nama tersebut. Dalam artian, elektabilitas baik HD maupun MY dan tingkat keinginan untuk berpasangan kembali pada pilkada mendatang tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling menopang.
Selain itu, kedua pasangan ini terpotret dalam survei sangat sering sekali terjun langsung ke masyarakat dalam berbagai kegiatan, baik sebagai gubernur dan wakil gubernur, maupun di luar konteks jabatan tersebut. Kegiatan HD-MY secara langsung bersentuhan dengan masyarakat. Basis massa HD-MY yang tadinya masih terkonsentrasi di beberapa kabupaten dan kota ketika mulai menjabat sebgaia gubernur dan wakil gubernur, sekarang ini lanjut mantan peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini sudah merambah seluruh 17 kabupaten/kota di Sumatera Selatan.
"Jelas sekali terlihat berbagai simulasi nama-nama calon gubernur yang dilakukan, tarikan elektoral Herman Deru tidak terlepas dari adanya sumbangsih dukungan insentif elektoral dari Mawardi Yahya. Gabungan elektabilitas baik dari Herman Deru maupun dari Mawardi Yahya saling menguatkan. Efek dari insentif elektoral ini apabila HD-MY masih berpasangan maka elektbilitas akan konsisten dan tingkat keinginan masyarakat untuk mengapresiasi kembali berduet di pilkada mendatang cukup besar,” ujar lulusan terbaik magister ilmu komunikasi politik ini dengan lantang.
Ditambahkan pria yang gemar memakai baju batik ini, dengan demikian, tentunya kondisi ini harus menjadi perhatian serius apabila Herman Deru dan Mawardi Yahya tidak akan berpasangan lagi. Secara elektoral angka tingkat keinginan berpasangan kembali HD-MY yang tadinya signifikan berpotensi akan terjun bebas apabila tidak berpasangan kembali. Masih ada satu tahun lagi yang harus diselesaikan HD-MY sebagai gubernur dan wakil gubernur Sumatera Selatan. Ritme popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas masih bisa berubah. Demikian juga dengan kembalinya untuk berduet kembali pada pilkada mendatang.
“Dari trend data-data survei yang dilakukan sudah dua kali, kecil kemungkinan HD-MY akan tidak berpasangan kembali pada pilkada provinsi Sumatera Selatan mendatang. Kalaupun nantinya tidak berpasangan, tentunya temuan survei bisa menjadi acuan bagi kedua pasangan ini. Semua masih bisa berubah dan pilkada masih menyisahkan waktu lebih kurang dua tahun,”kata dia.
Survei LKPI diselenggarakan pada 28 September-4 Oktober 2022 di provinsi Sumatera Selatan. Sampel yang digunakan 820 responden (82 desa/kelurahan) yang tersebar secara proporsional di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Metode penarikan sampel yang digunakan multistage random sampling dengan marjin of error +/-3,5 % dan selang kepercayaan 95%.(suh)
Category: Politik