Kurikulum merdeka menuntut para guru memahami komponen atau istilah yang ada di dalamnya, salah satunya yaitu ATP atau Alur Tujuan Pembelajaran. Untuk dapat merumuskan ATP, guru juga perlu penguasaan dalam menyusun mind mapping atau peta konsep matematika yang perlu dipelajari oleh siswa. Guru perlu memahami ATP sebagai panduan yang esensial dalam merancang pembelajaran yang efektif dan relevan. Pentingnya pemahaman guru terhadap ATP juga terkait dengan pengembangan profesional mereka. Dengan mempelajari dan mengaplikasikan ATP, guru dapat terus mengembangkan keterampilan mereka dalam perencanaan pembelajaran, pemilihan strategi pengajaran, dan penilaian hasil belajar.
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah kerangka kerja yang membantu guru menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, serta mengatur langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pentingnya guru memahami ATP terletak pada kemampuan mereka untuk merancang pengalaman belajar yang bermakna dan terarah bagi siswa. Dengan memahami ATP, guru dapat mengidentifikasi keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang ingin dicapai oleh siswa pada setiap tahapan pembelajaran. Hal ini memungkinkan guru untuk menyusun aktivitas dan penilaian yang sesuai, serta memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa. Pemahaman guru terhadap ATP juga memberikan kerangka kerja yang konsisten dan terstruktur dalam proses pembelajaran.
Dengan memiliki pemahaman yang baik tentang ATP, guru dapat merencanakan urutan pembelajaran yang logis dan bertahap. Guru dapat mengintegrasikan materi dan mengaitkan konsep-konsep yang berbeda dengan lebih baik. Hal ini membantu siswa membangun pemahaman yang lebih menyeluruh dan meningkatkan keterkaitan antara konsep-konsep yang dipelajari. Selain itu, pemahaman guru terhadap ATP juga memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kemampuan individual siswa. Dalam ATP, guru dapat menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan tingkat perkembangan, minat, dan gaya belajar masing-masing siswa. Dengan pemahaman yang baik tentang ATP, guru dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang inklusif, mendukung keragaman siswa, dan meningkatkan keberhasilan belajar siswa.
Prinsip penyusunan ATP yaitu harus esensial, berkesinambungan, kontekstual dan sederhana. ATP berfungsi sama seperti silabus pada Kurikulum 2013, yaitu sebagai acuan bagi guru dalam merencanakan pembelajaran (modul ajar). ATP disusun dari tujuan pembelajaran yang pertama sampai kepada tujuan pembelajaran yang terakhir. Tujuan pembelajaran akhir menggambarkan hasil belajar berupa kemampuan penguasaan materi yang tercantum dalam Capaian Pembelajaran (CP). Dalam menyusun ATP, perlu diperhatikan bahwa tujuan pembelajaran yang disusun bersifat linier, menuju ke satu arah dan tidak bercabang. Misalnya pertemuan pertama dilakukan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran 1 sampai 4, maka pertemuan ke-2 ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran berikutnya; begitu seterusnya sampai terlaksana pembelajaran yang mencapai tujuan pembelajaran pada akhir fase. Penyusunan ATP perlu memperhatikan bahwa penyusunan dilakukan dalam satu fase (tanpa terpotong), sesuai dengan kompetensi dan karakteristik mata pelajaran.
Langkah menyusun ATP yaitu (1) Melakukan analisis Capaian Pembelajaran, (2) Identifikasi kompetensi-kompetensi di akhir fase dan kompetensi- kompetensi sebelumnya, (3) Melakukan analisis setiap elemen dan atau sub-elemen Profil Pelajar Pancasila yang sesuai dengan mata pelajaran dan Capaian Pembelajaran pada Fase tersebut, (4) Berdasarkan identifikasi kompetensi- kompetensi inti di akhir fase, rumuskan tujuan pembelajaran, (5) Susun tujuan pembelajaran secara linear, (6) Tentukan lingkup materi dan materi utama setiap tujuan pembelajaran, (7) Jumlah jam pelajaran yang diperlukan.
Mind mapping adalah salah satu cara yang memudahkan kita dalam penyusunan ATP. Mind mapping menjadi cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak, mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind mapping yang sering kita sebut dengan peta konsep adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang juga merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan. Hasil mind mapping adalah mind map, dimana mind map adalah suatu diagram yang digunakan untuk merepresentasikan kata-kata, ide-ide, tugas-tugas, ataupun suatu yang lainnya yang dikaitkan dan disusun mengelilingi kata kunci ide utama.
Mind map (peta pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran yang sangat baik digunakan oleh guru untuk meningkatkan daya hafal siswa dan pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat meningkat daya kreativitasnya melalui kebebasan berimajinasi. Mind map (peta pikiran) juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau Teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. Hasil penelitian menyebutkan terdapat pengaruh penggunaan mind mapping terhadap hasil belajar matematika siswa.
Manfaat mind mapping dalam penyusunan ATP ini diantaranya yaitu Alur Tujuan pembelajaran (ATP)/ materi menjadi lebih mudah dipahami, Materi jadi lebih terarah dan terurut, Meningkatkan kreativitas dan produktivitas guru, penyusunan ATP menjadi lebih efektif dan efisien.
Gambar Ilustrasi Mind Map ATP Matematika Fase D
Sebagai gambaran, misal pada awal pembelajaran kelas 7 SMP diberikan materi tentang bilangan bulat, yang meliputi operasi bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Adapun salah satu kemampuan akhir dari Fase D adalah peserta didik mampu menggunakan konsep-konsep dan keterampilan operasi bilangan bulat. Ini adalah CP dari elemen bilangan. Setelah materi yang terdapat dalam CP elemen bilangan bulat dapat dilanjutkan dengan materi yang terdapat dalam elemen Aljabar yaitu variabel, konstanta, koefisien, suku sejenis dan suku tak sejenis. Dari CP elemen Aljabar dilanjutkan dengan CP elemen geometri, analisa data dan peluang. Selanjutnya kembali lagi ke elemen Aljabar, dan seterusnya sesuai dengan materi-materi pendahulu yang menjadi syarat untuk materi selanjutnya.
Referensi:
• Swadarma, D. (2013). Penerapan mind mapping dalam kurikulum pembelajaran. Elex Media Komputindo.
• Faelasofi, R. (2016). Penerapan metode mind mapping pada pembelajaran matematika. JURNAL e-DuMath, 2(2).